Berikut
adalah dialog imajiner antara seorang Wahhabi bernama Syaikh al-'Arifi dengan
santri yang mumpuni. Dalam hal ini, adalah Ust. Ibnu Abdillah Al Katibi :
Jika syaikh bertanya mana dalil membaca Quran di kuburan ?
Saya jawab : Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
اقرءوا يس على موتاكم
“Bacalah surat Yaasiin untuk orang yang mati di antara kamu.” (Riwayat Imam Abu Dawud; kitab Sunan Abu Dawud, Juz III, halaman 191)
Asy-syaukani berkomentar :
واللفظ نص في الأموات وتناوله للحي المحتضر مجاز فلا يصار إليه إلا لقرينة
وَيُـسْـتَحَبُّ لِلزَّائِرِ اَنْ يُسَلِّمَ عَلىَ اْلمَقَابِرِ وَيَدْعُوْ لِمَنْ يَزُوْرُهُ وَلِجَمِيْعِ اَهْلِ اْلمَقْبَرَةِ. وَاْلاَفْضَلُ اَنْ يَكُوْنَ السَّلاَمُ وَالدُّعَاءُ بِمَا ثَبـَتَ مِنَ اْلحَدِيْثِ وَيُسْـتَـحَبُّ اَنْ يَقْرَأَ مِنَ اْلقُرْأٰنِ مَا تَيَسَّرَ وَيَدْعُوْ لَهُمْ عَقِبَهَا وَنَصَّ عَلَيْهِ الشَّاِفعِىُّ وَاتَّفَقَ عَلَيْهِ اْلاَصْحَابُ
“ Di antara tempat-tempat pengabulan doa, adalah makam-makam orang-orang shalih “.
Al-Khatib al-Baghdadi dalam Tarikhnya berkata dari Abi Abdillah al-Mahamili bahwa ia berkata :
أعرف قبر معروفٍ الكرخي منذ سبعين سنةً، ما قصده مهموم إلا فرج الله همه
“ Aku tahu makam Ma’ruf AL-Kurkhi sejak 70 tahun, tidaklah seorang yang susah mendatanginya, kecuali Allah melapangkan kesusahannya “.
“ Kuburan Ma’ruf al-Kurkhi adalah obat yang mujarrab “,
al-Baghdadi mengomentarinya : “ Tiryaq adalah obat yang diracik dari berbagai bahan yang dikenal di kalangan para tabib masa lalu karena banyaknya manfaatnya, dan banyak macamnya. Al-Harbi menyerupakan makam Ma’ruf al-Kurkhi dengan obat di dalam banyaknya manfaat, maka seolah-olah
al-Harbi berkata : “ Wahai manusia, datanglah ke kuburan Ma’ruf al-Kurkhi dengan bertabarruk karena banyak manfaat yang akan diperoleh “.
Al-Khatib berkata dari Hasan bin Ibrahim al-Khallal, bahwa beliau berkata :
ما همني أمر فقصدت قبر موسى بن جعفرٍ فتوسلت به إلا سهل الله تعالى لي ما أحب
“ Tidaklah ada satu perkara yang membuatku susah, lalu aku dating ke makam Musa bin Jakfar, kemudian aku bertawassul dengannya, maka Allah akan memudahkan apa yang aku inginkan “
Oleh : Ust. Ibnu Abdillah Al Katibi
Santri Sunni / Penulis Buku "Rekam Jejak Radikalisme Salafi Wahabi"
Syaikh
: Kamu membaca al-Quran di sini ? faedah apa yang kamu dapati membaca al-Quran
di kuburan
Saya :
Sangat banyak ya syaikh, di antaranya selain saya mendapat pahala membaca
al-Quran, saya pun mendapat pahala ziarah, mengingat kematian, mengingat
akherat sebagaimana anjuran Nabi : “ Ziarahlah kubur, karena akan
mengingatkanmu pada akherat “, dan banyak lagi faedahnya.
Syaikh
: siapa yang mengajarkanmu ini ?
Saya :
Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkanku dan juga para ulama salaf serta
jumhur ulama madzhab dan kaum muslimin.
Jika
syaikh bertanya mana dalilnya ?
Saya
jawab : Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Dahulu
saya melarang kalian menziarahi kubur, sekarang telah diizinkan dengan Muhammad
untuk berziarah pada kubur ibunya, karena itu berziarah lah ke perkuburan sebab
hal itu dapat mengingatkan pada akhirat”. (HR. Muslim (lht.shohih Muslim jilid
2 halaman 366 Kitab al-Jana’iz), Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasa’i, Ahmad).Jika syaikh bertanya mana dalil membaca Quran di kuburan ?
Saya jawab : Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
اقرءوا يس على موتاكم
“Bacalah surat Yaasiin untuk orang yang mati di antara kamu.” (Riwayat Imam Abu Dawud; kitab Sunan Abu Dawud, Juz III, halaman 191)
Asy-syaukani berkomentar :
واللفظ نص في الأموات وتناوله للحي المحتضر مجاز فلا يصار إليه إلا لقرينة
“
Lafazd hadits tsb berkenaan pada mayit, mengarahkannya pada orang yang sekarat
menjelang wafat adalah majaz, maka tidak boleh diarahkan ke sana kecuali ada
qarinah “. (Nail al-Awthar : 2/679).
Al-Faqih
al-Hanbali al-Ushuli al-Mutqin al-‘allamah Qadhi qudhah, Ibnu an-Najjar
berkomentar :
الحديث يَشْمَلُ الْمُحْتَضَرَ وَالْمَيِّتَ قَبْلَ الدَّفْنِ وَبَعْدَهُ
, فَبَعْدَ الْمَوْتِ حَقِيقَةٌ , وَقَبْلَهُ مَجَازٌ
“
Hadits tersebut mencangkup orang yang sekarat maupun sudah wafat, baik sebelum
dimakamkan atau pun sudah dimakamkan. Setelah dimakamkan, maka itu adalah makna
hadits secara hakikat (dhahir) dan sebelum dimakamkan, maka itu makna hadits
secara majaz “ (Mukhtashar at-Tahrir syarh al-Kaukab al-Munir : 3/193)
Imam
Nawawi berkata dalam Majmu’nya :وَيُـسْـتَحَبُّ لِلزَّائِرِ اَنْ يُسَلِّمَ عَلىَ اْلمَقَابِرِ وَيَدْعُوْ لِمَنْ يَزُوْرُهُ وَلِجَمِيْعِ اَهْلِ اْلمَقْبَرَةِ. وَاْلاَفْضَلُ اَنْ يَكُوْنَ السَّلاَمُ وَالدُّعَاءُ بِمَا ثَبـَتَ مِنَ اْلحَدِيْثِ وَيُسْـتَـحَبُّ اَنْ يَقْرَأَ مِنَ اْلقُرْأٰنِ مَا تَيَسَّرَ وَيَدْعُوْ لَهُمْ عَقِبَهَا وَنَصَّ عَلَيْهِ الشَّاِفعِىُّ وَاتَّفَقَ عَلَيْهِ اْلاَصْحَابُ
“Dan
disunnahkan bagi peziarah kubur untuk memberikan salam atas (penghuni) kubur
dan mendo’akan kepada mayit yang diziarahi dan kepada semua penghuni kubur,
salam dan do’a itu akan lebih sempurna dan lebih utama jika menggunakan apa
yang sudah dituntunkan atau diajarkan dari Nabi Muhammad Saw. dan disunnahkan
pula membaca al-Qur’an semampunya dan diakhiri dengan berdo’a untuknya,
keterangan ini dinash oleh Imam Syafi’i (dalam kitab al-Um) dan telah
disepakati oleh pengikut-pengikutnya”. (al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab, V/258)
Syaikh
: Lebih bnyak mana faedah yang kau dapat ketika membaca Quran di masjid atau di
kuburan ?
Saya :
Adakah Nabi, sahabat dan ulama salaf membatasi membaca al-Quran di masjid
saja?? Setelah apa yang saya sampaikan SEBAGIAN dalilnya di atas?
Syaikh
: Maksud saya lebih afdhal mana membaca al-Quran di masjid dengan di kuburan ?
Saya
jawab : Apakah anda menyangka kami tidak pernah membaca al-Quran di dalam
masjid ?? kami membaca al-Quran di manapun tempat selain tempat-tempat yang
dilarang. Para ulama salaf hingga jumhur ulama melakukan hal ini yakni sering
membaca al-Quran di sisi makam para wali dan bertawassul. Apakah anda akan
menyalahkan mereka atau bahkan menuduh mereka quburiyyun ya syaikh ?
Jika
syaikh bertanya : siapa ulama yang anda maksud, bias anda sebutkan ?
Saya :
al-hafidz al-Khathib al-Baghdadi dalam Tarikh Baghdad berkata : “ DARI
Ubaidillah bin Abdurrahman bin Muhammad az-Zuhri, ia berkata :
"قبر معروفٍ الكرخي مجرب لقضاء الحوائج، ويقال: إنه من قرأ عنده
مائة مرةٍ: {قل هو الله أحد} وسأل الله تعالى ما يريد قضى الله له حاجته".
“ Kubur
Ma’ruf al-Kurkhi mujarrab untuk terlaksana hajat, dikatakan ; Bahwa barangsiapa
yang membaca di samping makamnya surat al-Ikhlash 100 kali dan memohon kepada
Allah apa yang ia inginkan, maka Allah akan menunaikan hajatnya “.
Abu
Jakfar al-Hasyimi, syaikh Hanabilah (W 470 H) ketika wafat dan dimakamkan di
samping makam imam Ahmad, maka banyak kaum Hanabilah yang membaca al-Quran di
samping makamnya bahkan hingga khatam 10.000 kali. Lihat siyar a’lam an-Nubala
: 18/547
Jadi
selain kami membaca al-Quran di masjid, maka kami pun juga membaca al-Quran di
manapun seperti rubath, mushollah, di rumah, di toko, di pasar, di rumah sakit,
di hotel atau di pekuburan. Dan kami juga bertawassul dan berdoa di sisi makam
orang-orang sholeh. Karna makam orang sholeh termasuk tempat diijabahi doa oleh
Allah, sebagaimana banyak dikatakan oleh ulama di antaranya
al-Hafidz
al-Jazri dalam kitabnya Hishnul Hashin :
من مواضع إجابة الدعاء قبور الصالحين “ Di antara tempat-tempat pengabulan doa, adalah makam-makam orang-orang shalih “.
Al-Khatib al-Baghdadi dalam Tarikhnya berkata dari Abi Abdillah al-Mahamili bahwa ia berkata :
أعرف قبر معروفٍ الكرخي منذ سبعين سنةً، ما قصده مهموم إلا فرج الله همه
“ Aku tahu makam Ma’ruf AL-Kurkhi sejak 70 tahun, tidaklah seorang yang susah mendatanginya, kecuali Allah melapangkan kesusahannya “.
Seorang
ulama salaf bernama Ibrahim al-Harbi di mana imam Ahmad bin Hanbal pernah
memondokkan putranya pada beliau, seorang Hafidz, Faqih dan Mujtahid pernah
berkata :
قبر معروفٍ الترياق المجرب “ Kuburan Ma’ruf al-Kurkhi adalah obat yang mujarrab “,
al-Baghdadi mengomentarinya : “ Tiryaq adalah obat yang diracik dari berbagai bahan yang dikenal di kalangan para tabib masa lalu karena banyaknya manfaatnya, dan banyak macamnya. Al-Harbi menyerupakan makam Ma’ruf al-Kurkhi dengan obat di dalam banyaknya manfaat, maka seolah-olah
al-Harbi berkata : “ Wahai manusia, datanglah ke kuburan Ma’ruf al-Kurkhi dengan bertabarruk karena banyak manfaat yang akan diperoleh “.
Al-Khatib berkata dari Hasan bin Ibrahim al-Khallal, bahwa beliau berkata :
ما همني أمر فقصدت قبر موسى بن جعفرٍ فتوسلت به إلا سهل الله تعالى لي ما أحب
“ Tidaklah ada satu perkara yang membuatku susah, lalu aku dating ke makam Musa bin Jakfar, kemudian aku bertawassul dengannya, maka Allah akan memudahkan apa yang aku inginkan “
Oleh : Ust. Ibnu Abdillah Al Katibi
Santri Sunni / Penulis Buku "Rekam Jejak Radikalisme Salafi Wahabi"

Tidak ada komentar:
Posting Komentar