Aisyah
( cerita ini adalah kisah nyata yg pernah aku dengar, sedang aisyah adalah nama samaran )
Di suatu pagi disebuah sekolah dipalestina, berkumpullah seluruh guru
di kantor sekolah, pagi itu kepala sekolah memerintahkan kepada para
guru untuk memeriksa seluruh tas semua murid, kepala sekolah menjelaskan
kalau pemeriksaan ini adalah perintah dari pusat untuk mencegah aksi
terorisme
Dan dilakukanlah pemeriksaan dari satu kelas ke kelas lainnya, semuanya berjalan lancar, sampai pemeriksaan itu tiba dikelas aisyah
" anak- anak sebelum pelajaran dimulai, ijinkan kami untuk memeriksa
isi tas kalian semua, ini perintah kepala sekolah dan akan terus
dilakukan sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan.." kata salah satu guru
Lalu dimulailah pemeriksaan dari ujung satu persatu, wajah aisyah
memucat dia memegang tasnya dengan erat, tampak kalau dia tidak akan mau
kalau tasnya diperiksa
Ketika pemeriksaan itu akan tiba pada
gilirannya aisyah mulai menangis, dia memandang dengan nanar kepada para
guru dan semua temannya
" ayo dibuka tasnya...." ucap gurunya
" tidak..." ucap aisyah dengan menangis
Para guru mulai curiga dan dengan agak memaksa untuk memeriksa isi tas aisyah
" ayo dibuka..." kata salah satu guru lainnya
" tidak...tidak....jangan dibuka tasku...." jerit aisyah
Para guru dikelas lain yang mendengar keributan mulai berdatangan
mengelilingi aisyah, dan mencoba membujuk aisyah untuk membuka tasnya,
aisyah tetap tidak mau dan tangisnya semakin menjadi- jadi
Akhirnya atas inisiatif salah satu guru, aisyah dibawa ke ruang kepala sekolah untuk lebih intensif melakukan pemeriksaan
Aisyah dengan berurai air mata berjalan menunduk menuju ke ruang kepala sekolah
" ya Allah.....akankah mereka akan tahu rahasiaku....." bathin aisyah
Setelah tiba diruangan kepala sekolah aisyah disuruh duduk, bapak
kepala sekolah duduk didepannya sedang para guru berdiri mengitarinya
Setelah menenangkan aisyah, kepala sekolah dengan suara lembut menyuruh
aisyah untuk membuka tasnya, aisyah menunduk dan mulai menangis lagi
" ayo dibuka gak apa-apa ..." rayu kepala sekolah
Dengan tangan gemetar.aisyah membuka isi tas nya, dan dengan air mata
bercucuran aisyah mengeluarkan isi tasnya, tampak ditangan aisyah ada
sisa roti yang habis dimakan
" ini hanya roti yang saya kumpulkan dari
sisa makanan teman-teman sewaktu istirahat tadi, sebagian saya makan dan
sebagian saya bawa pulang untuk makan ibuku dan adikku..." kata aisyah
dengan berurai air mata
"kami orang miskin, ayah sudah mati dimedan
perang sedang ibu tidak mampu untuk berkerja, saya mengumpulkan sisa
makanan tiap hari untuk mereka, kadang kalau dapat banyak bisa untuk
makan malam kami, sehingga kami bisa nyenyak dengan perut yang agak
kenyang...." ucap aisyah lagi karena menahan tangisannya
Pecahlah
tangis seluruh guru diruangan tersebut, kepala sekolah aisyah tampak
menundukkan kepala, terlihat pundaknya berguncang menahan tangis
*akupun menangis ketika menulis ini
by : Damar Kasaenan
Sabtu, 22 Februari 2014
KH. Zainuddin Mojosari
Dia mengetahui masa depan seseorang, tapi dia tidak
berhasil meyakinkan muridnya agar menggantikannya memimpin pesantren. Ketika
menjadi santri di pesantren Langitan, Tuban, Kiai Zainuddin yang asal Padangan,
Bojonegoro diambil menantu oleh pengasuh pondok tersebut, dan diminta untuk
meneruskan kepemimpinan Pondok Mojosari. Ini merupakan tradisi di kalangan para
ulama. Dengan demikian, Zainuddin merupakan urutan kelima pondok tersebut sejak
KH Ali Imron, sang pendiri, di bawah kepemimpinannya, Ponpes Mojosari mencapai
kejayaannya.
Pada gilirannya, Kiai Zainuddin pun mengikuti
tradisi tersebut dengan mengambil murid terpandai sebagai menantu. Dan murid
itu adalah Jazuli Utsman, tapi sang murid menolak dengan alasan akan membuka
pesantren di Ploso tempat kelahirannya. Ketika hal itu sampai ke telinga KH.
Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang, ulama kharismatis ini berkunjung ke Mojosari
dan berusaha menjernihkan masalah. “Anda harus bangga punya murid yang bisa
mandiri dan membuka pesantren sendiri. Relakan dia berkiprah di kampungnya.”
Tutur Hadratus Syaikh lembut. Maka cairlah kesalahpahaman itu, dan dia memberi
restu kepada Jazuli, murid kebanggaanya itu.
Meski di kenal sebagai Waliyullah, kegiatan KH
Zainuddin sehari-hari tak jauh berbeda dengan petani pada umumnya, tapi ia
terkenal sangat disiplin dan istiqamah. Jam 22.00 setelah selesai mengajar
dimalam hari, sang kiai istirahat hingga jam 02.00 lalu shalat tahajjud,
membaca Al Qur’an atau melakukan ibadah-ibadah lain yang bertujuan mendekatkan
diri kepada Allah hingga menjelang subuh. Namun adakalanya, sembil menanti
subuh, dia berputar-putar mengelilingi pekarangan yang banyak ditumbuhi pohon
buah-buahan, dikumpulkannya buah sawo, jambu dan buah-buahan lainnya yang
berjatuhan untuk makanan ternak. Setelah itu barulah dia membangunkan para
santri di pondok dengan menyebut nama mereka satu per satu.
Usai shalat Subuh, kegiatan dilanjutkan dengan
pengajian, dari kitab yang kecil maupun besar. Sekitar jam 07.00 diambilnya
sapu lidi, dan dengan sigap ia membersihkan halaman rumah sampai ke kandang
kuda, sapi, kambing dan ayam. Kalau perlu, dia juga turut memberi makan
binatang-binatang ternak piaraannya, kiai Zainuddin termasuk penyayang binatang
dan rajin menjaga kebersihan lingkungan. Dia juga pengamal dan penganjur sunnah
Rasul. Itu terlihat dari nasihatnya kepada para santri agar tidak melupakan
ayat “ Ata’murunannasa bil birri wa tansauna anfusakum”, yang artinya “Apakah
kamu perintahkan orang lain untuk berbuat baik padahal kamu melupakan dirimu
sendiri”.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup, Kiai Zainuddin
bekerja keras, mengayun cangkul, menanam singkong, jagung atau pisang. Dan
untuk keperluan kesehatan, dia juga membuat apotek hidup dihalaman rumahnya.
Pada suatu hari, KH. Hasyim Asy’ari membuat surat edaran untuk meluruskan
kegiatan perayaan maulid Nabi, berhubung maulidan di pesantren Mojosari dinilai
kurang islami. Konon, para santri Mojosari menggelar pertunjukan wayang wong,
ketoprak, kuda lumping dan pencak silat ketika mengadakan maulidan. Ketika
surat itu akan dikirim, malam harinya kiai Hasyim bermimpi, alim ulama seluruh
Indonesia shalat berjama’ah di sebuah masjid. Dengan jelas dia melihat bahwa
yang menjadi imamnya adalah KH Zainuddin Mojosari, maka dia mengurungkan
niatnya mengedarkan surat edaran tersebut karena segan dan sangat menghargai
kiai Zainuddin. Ini menunjukan betapa tingginya posisi KH Zainuddin di mata
ulama lainnya. Ini adalah `adah atau keluarbiasaan sang kiai.
Keluarbiasaan yang lain, demikian tingginya mata
batin kiai Zainuddin, sehingga dia dapat mengetahui muridnya bakal menjadi
ulama besar, itu terjadi pada diri Jazuli Utsman, anak Muhammad Utsman, seorang
naib dari Desa Ploso, Kediri. Konon, Jazuli sudah berada di Batavia untuk masuk
Stovia, sekolah kedokteran tempo dulu. Ketika Kiai Zainuddin mengetahui hal
itu, ia segera menemui naib Utsman dan minta agar Jazuli ditarik pulang. “Dia
tidak cocok sekolah disana,” ujarnya mengingatkan. Karena yang menyuruh adalah
seorang kiai besar, Naib Utsman tidak berani menolak, dikirimnya surat ke
Batavia dengan pesan agar Jazuli segera pulang atas saran Kiai Zainuddin.
Jazuli sendiri ketika menerima surat itu dapat memahami keputusan tersebut
dengan legawa, meski ia telah bermukim disana selama beberapa bulan.
Kenyataannya memang demikian, Jazuli Utsman akhirnya
dikenal sebagai ulama, pemimpin Pondok Pesantren Ploso, Kediri. “Cepat datang
ke mojosari” perintahnya kepada Jazuli, sebab dia tinggal di luar pondok karena
kemampuan finansialnya tidak mengizinkan tinggal di pondok. “saya tidak punya
uang, kiai” jawab Jazuli polos. “Sudahlah, nanti kamu akan menjadi blawong”
kata pak kiai. Jazuli tidak mengerti apa arti blawong, makanya dia diam saja.
Yang terpikir di benaknya adalah posisinya yang serba sulit. Kalau masuk ke
pondok, kiriman uang dari rumah tidak cukup, tapi kalau tetap di luar pondok,
berarti tidak taat pada gurunya. Oleh karena itu, predikat blawong hanya
melintas sekilas di benaknya. Ia tahu bahwa kiai sering memanggil para santri
dengan nama julukan daripada nama sebenarnya. Dan julukan itu dibuat sang kiai
sesukanya sendiri. Namun hal itu bukan di anggap kelakar, karena di yakini
dapat menembus hal-hal yang bersifat batiniah, termasuk masa depan santrinya.
Sumber yang lain mengungkapkan, sebelum Jazuli di
Ploso dan mengatakan, “Jazuli itu nanti akan jadi blawong, jadi agar di
perhatikan kebutuhannya. ” Uniknya ketika Jazuli menghadap kepadanya, bukannya
Jazuli yang menyampaikan salam dari orang tuanya, melainkan Kiai Zainuddin yang
mengawali pembicaraan dengan kata-kata, “salam dari ibu bapakmu.” Rupanya
permintaan Kiai Zainuddin agar Jazuli pindah ke pondok, bukan basa-basi. Sampai
tiga kali hal itu di kemukakan, sehingga akhirnya Jazuli tinggal di pondok
menanti perintah gurunya. Ia di tempatkan disebuah kamar bersama tiga santri
lainnya yang merupakan murid-murid kesayangannya. Kelak, mereka ini menjadi
kiai yang sukses di desanya masing-masing.
Nama kiai Jazuli Utsman sangat terkenal, dan
jauh-jauh hari telah di ketahui oleh Kiai Zainuddin bahwa ia bakal menjadi seorang
ulama besar, dengan menjulukinya blawong, ternyata blawong adalah nama
panggilan seekor burung perkutut mahal yang bunyinya sangat indah dan merdu di
kerajaan Majapahit, sehingga semua orang menyimak kicaunya. Ketenaran Kiai
Zainuddin menjadi daya tarik masyarakat awam untuk datang ke pesantrennya.
Mereka berdatangan dari berbagai penjuru, minta doa dan berkah serta
keselamatan.
Jumat, 21 Februari 2014
Yaa Rosul, we love You Full....
Pernah suatu ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menangis sepanjang malam.
Apa yang membuat beliau menangis sepanjang malam? Apakah istri? Anak keturunan? Harta benda dan kebun-kebun?
Ternyata bukan karena hal-hal duniawi tersebut.. Beliau menangisnya karena dalam shalatnya beliau membaca Al-Qur’an Surah Al-Ma’idah ayat 118 yang menceritakan do'a untuk umatnya, untuk kita.. Beliau shalat sambil menangis hingga waktu Shubuh tiba..
Beliau terus mengulang-ulang ayat tersebut.
“Jika Engkau siksa mereka, sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-MU, dan jika
Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya Engkau Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”
Kemudian beliau memanjatkan kedua tangan seraya berdoa, “Ya ALLAH, umatku ..
umatku ..”
Lalu beliau menangis tersedu-sedu. ALLAH Subhanahu Wata’ala berkata kepada Jibril, “Wahai Jibril, pergi dan temuilah Muhammad. Tuhanmu Maha Mengetahui. Sekarang tanyakan kepadanya, kenapa dia menangis?”
Jibril pun menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam untuk menanyakan sebab musabab beliau menangis. Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam berterus terang kepada Jibril mengenai kekhawatiran beliau pada umat beliau. Jibril pun melaporkan pengaduan Rasulullah itu kepada ALLAH.. ALLAH menjawab, “Sekarang, pergi dan
temui Muhammad. Katakan padanya bahwa Aku meridainya untuk memberikan syafa'at kepada umatnya dan Aku tidak akan berbuat buruk kepadanya (selama tidak menyekutukan Allah).” (HR. Muslim dan Ath-Thabari)
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, manusia mulia itu, laki-laki agung itu, menangis dalam shalatnya. Menangis memohon ampunan untuk umatnya, kita..
SubhanALLAH.. Sungguh besar cinta
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pada kita. Bagaimana dengan kita?
Rindu kami padamu ya Rasul.. Semoga Shalawat serta Salam Senantiasa ALLAH limpah curahkan kepadamu, Nabi Besar Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam,kepada Keluarganya, Sahabat2nya, dan Kita juga sebagai umatnya semoga Mendapat Syafa'at Beliau kelak di Hari Kiamat..
by : Muhammad Shofiey El-Hatiey
Apa yang membuat beliau menangis sepanjang malam? Apakah istri? Anak keturunan? Harta benda dan kebun-kebun?
Ternyata bukan karena hal-hal duniawi tersebut.. Beliau menangisnya karena dalam shalatnya beliau membaca Al-Qur’an Surah Al-Ma’idah ayat 118 yang menceritakan do'a untuk umatnya, untuk kita.. Beliau shalat sambil menangis hingga waktu Shubuh tiba..
Beliau terus mengulang-ulang ayat tersebut.
“Jika Engkau siksa mereka, sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-MU, dan jika
Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya Engkau Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”
Kemudian beliau memanjatkan kedua tangan seraya berdoa, “Ya ALLAH, umatku ..
umatku ..”
Lalu beliau menangis tersedu-sedu. ALLAH Subhanahu Wata’ala berkata kepada Jibril, “Wahai Jibril, pergi dan temuilah Muhammad. Tuhanmu Maha Mengetahui. Sekarang tanyakan kepadanya, kenapa dia menangis?”
Jibril pun menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam untuk menanyakan sebab musabab beliau menangis. Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam berterus terang kepada Jibril mengenai kekhawatiran beliau pada umat beliau. Jibril pun melaporkan pengaduan Rasulullah itu kepada ALLAH.. ALLAH menjawab, “Sekarang, pergi dan
temui Muhammad. Katakan padanya bahwa Aku meridainya untuk memberikan syafa'at kepada umatnya dan Aku tidak akan berbuat buruk kepadanya (selama tidak menyekutukan Allah).” (HR. Muslim dan Ath-Thabari)
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, manusia mulia itu, laki-laki agung itu, menangis dalam shalatnya. Menangis memohon ampunan untuk umatnya, kita..
SubhanALLAH.. Sungguh besar cinta
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pada kita. Bagaimana dengan kita?
Rindu kami padamu ya Rasul.. Semoga Shalawat serta Salam Senantiasa ALLAH limpah curahkan kepadamu, Nabi Besar Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam,kepada Keluarganya, Sahabat2nya, dan Kita juga sebagai umatnya semoga Mendapat Syafa'at Beliau kelak di Hari Kiamat..
by : Muhammad Shofiey El-Hatiey
Langganan:
Komentar (Atom)