Alkisah dalam sebuah perjalanan rombongan kafilah di padang pasir, ketika rombongan itu hendak melanjutkan perjalanan setelah beberapa saat beristirahat, tiba-tiba terdengar teriakan dari sebuah lubang, salah seorang kafilah mendekati lubang itu, dan terlihat salah seekor keledai mereka sedang panik karena terporosok kedalam lubang, yang ternyata sumur tua yang sudah kering.
Kaget, Rasa kasihan, kecemasan terlihat diwajah2 mereka, karena sumur itu cukup dalam dan mereka tidak memiliki tali yang cukup untuk menolongnya, kalaupun tali-tali di keledai-keledai mereka disambung-sambung tetap mustahil dan tidak akan kuat mengangkat keledai itu.
Setelah bermusyawarah bebrepa saat akhirnya diputuskan agar keledai itu dibunuh saja karena kalau ditinggal begitu saja dia akan mengalami penderitaan panjang dan akhirnya mati kelaparan juga.
“Mempercepat kematiannya adalah lebih baik“. Kata ketua kafilah, dan serentak dikomando agar para anggota melemparkan batu-batu dan pasir kedalam sumur agar si keledai segera mati kena batu dan terkubur pasir.
Lemparan baru batu yang pertama membuat si keledai berteriak-teriak kesakitan, demikian pula batu-batu ke-2, 3 dan seterusnya. Kepanikan makin dirasakan ketika pasir-pasir pun mulai digrojokkan keatas tubuhnya. Dalam kepanikan, ketakutannya itu si keledai melompat kesana-sini menghindari batu-batu itu.
Air mata mengalir, tubuh kesakitan, kulit kecet dan dan darah mulai menetes, namun secara naluriah sang keledai terus saja berusaha melompat kian kemari menghindari lemparan2 batu itu dan urugan-urangan pasir.
Hingga tidak terasa ketika hari mulai petang, sang keledai bukannya mati, tapi malah semakin liar gerakkannya dan tanpa disadari ternyata dasar sumur itu makin lama makin dangkal, dan akhirnya hal itu disadari para kafilah, dan akhirnya mereka baru sadar bahwa ternyata apa yang mereka lakukan justru bisa menolong si Keledai, sampai akhirnya dasar sumur semakin pendek-semakin pendek…
Dan hap…si keledai akhirnya malah bisa melompat keluar dari sumur, dan para kafilah bersyukur dan sangat terharu karena si keledai bisa selamat.
By : Hadi Kuntoro
Sabtu, 16 Agustus 2014
Apa Akhir dari Kehidupan?
Suatu hari ada dua orang pemuda datang menghadap Nabi Daud.
Dua pemuda ini bertanya kepada Nabi Daud yang juga seorang Raja. Mereka bertanya, “Apa sesungguhnya akhir kehidupan ini?”
Nabi Daud kemudian menyuruh kedua pemuda ini pulang ke rumahnya masing-masing.
Dan menyuruh mereka berdua datang keesokan harinya pada jam yang sama.
Keesokan harinya, kedua pemuda ini datang menghadap Nabi Daud. Mereka berdua sudah siap menerima jawaban dari pertanyaan yang mereka ajukan kemarin.
Tapi mereka tidak mendapatkannya.
Nabi Daud malah memberi masing-masing sebuah karung untuk kedua pemuda itu.
Nabi Daud berpesan, “Pergilah kalian ke dua tempat yang berbeda, seperti nanti akan kuberitahu apa nama tempatnya“.
“Janganlah berhenti hingga sampai di tempat itu, lalu ketika kamu sampai ke tempat tujuan, kembalilah ke hadapanku secepatnya“.
“Selama perjalanan BAWALAH BATU yang kalian temui selama perjalanan“.
“Dan karung ini, sebagai tempatnya. Apa kalian mengerti?”
Dua pemuda mengangguk, dan mereka langsung berangkat.
Pergilah mereka meninggalkan Nabi Daud. Mereka langsung berjalan menuju tempat tujuan, seperti telah ditetapkan oleh Nabi Daud.
Setelahnya, merekapun mengikuti perintah Nabi Daud untuk segera kembali kehadapannya.
Dan sore harinya, kedua pemuda itu telah sampai di hadapan Nabi Daud.
Nampak dua pemuda membawa bawaan yang berbeda. Satu orang nampak membawa karung yang ringan, karena batu-batu yang ia bawa hanya sedikit. Sementara seorang lagi nampak membawa karung yang penuh dengan batu.
Nabi Daud bertanya, “Bagaimana perjalanan kalian?”
Dua pemuda itu menjelaskan masing-masing perjalanannya. Lalu dengan senyum, Nabi Daud menyuruh keduanya membuka karung masing-masing.
Dan ternyata, batu-batu yang mereka bawa berubah semuanya menjadi emas.
Nabi Daud bertanya ke pemuda yang membawa sedikit batu, “Bagaimana perasaanmu?”
“Saya menyesal, seandainya saya tahu batu-batu itu akan berubah menjadi emas, aku pasti akan membawa batu yang banyak“.
Nabi Daud lalu bertanya ke pemuda yang berhasil membawa batu yang banyak sampai memberatkannya dalam perjalanan, “Bagaimana perasaanmu?”
Pemuda menjawab, “Saya menyesal Nabi, seandainya saya tahu batu-batu yang saya bawa akan berubah menjadi emas semuanya. Tentulah saya akan membawa GEROBAK ketika berangkat“.
Nabi Daud kemudian berkata, “Demikianlah, akhir kehidupan itu adalah PENYESALAN“.
“Semua orang menyesal karena tidak membawa kebaikan seBANYAK-BANYAK nya!!“
Dua pemuda ini bertanya kepada Nabi Daud yang juga seorang Raja. Mereka bertanya, “Apa sesungguhnya akhir kehidupan ini?”
Nabi Daud kemudian menyuruh kedua pemuda ini pulang ke rumahnya masing-masing.
Dan menyuruh mereka berdua datang keesokan harinya pada jam yang sama.
Keesokan harinya, kedua pemuda ini datang menghadap Nabi Daud. Mereka berdua sudah siap menerima jawaban dari pertanyaan yang mereka ajukan kemarin.
Tapi mereka tidak mendapatkannya.
Nabi Daud malah memberi masing-masing sebuah karung untuk kedua pemuda itu.
Nabi Daud berpesan, “Pergilah kalian ke dua tempat yang berbeda, seperti nanti akan kuberitahu apa nama tempatnya“.
“Janganlah berhenti hingga sampai di tempat itu, lalu ketika kamu sampai ke tempat tujuan, kembalilah ke hadapanku secepatnya“.
“Selama perjalanan BAWALAH BATU yang kalian temui selama perjalanan“.
“Dan karung ini, sebagai tempatnya. Apa kalian mengerti?”
Dua pemuda mengangguk, dan mereka langsung berangkat.
Pergilah mereka meninggalkan Nabi Daud. Mereka langsung berjalan menuju tempat tujuan, seperti telah ditetapkan oleh Nabi Daud.
Setelahnya, merekapun mengikuti perintah Nabi Daud untuk segera kembali kehadapannya.
Dan sore harinya, kedua pemuda itu telah sampai di hadapan Nabi Daud.
Nampak dua pemuda membawa bawaan yang berbeda. Satu orang nampak membawa karung yang ringan, karena batu-batu yang ia bawa hanya sedikit. Sementara seorang lagi nampak membawa karung yang penuh dengan batu.
Nabi Daud bertanya, “Bagaimana perjalanan kalian?”
Dua pemuda itu menjelaskan masing-masing perjalanannya. Lalu dengan senyum, Nabi Daud menyuruh keduanya membuka karung masing-masing.
Dan ternyata, batu-batu yang mereka bawa berubah semuanya menjadi emas.
Nabi Daud bertanya ke pemuda yang membawa sedikit batu, “Bagaimana perasaanmu?”
“Saya menyesal, seandainya saya tahu batu-batu itu akan berubah menjadi emas, aku pasti akan membawa batu yang banyak“.
Nabi Daud lalu bertanya ke pemuda yang berhasil membawa batu yang banyak sampai memberatkannya dalam perjalanan, “Bagaimana perasaanmu?”
Pemuda menjawab, “Saya menyesal Nabi, seandainya saya tahu batu-batu yang saya bawa akan berubah menjadi emas semuanya. Tentulah saya akan membawa GEROBAK ketika berangkat“.
Nabi Daud kemudian berkata, “Demikianlah, akhir kehidupan itu adalah PENYESALAN“.
“Semua orang menyesal karena tidak membawa kebaikan seBANYAK-BANYAK nya!!“
Langganan:
Komentar (Atom)